8/26/2012

Pengertian dan Tipologi Kedwibahasaan

PENGERTIAN DAN TIPOLOGI KEDWIBAHASAAN

1) Pengertian Kedwibahasaan
Para pakar bahasa mencoba memberikan definisi kedwibahasaan. Pakar satu dengan pakar lain kadang-kadang berbeda pendapat. Ada yang memberikan definisi dengan tuntutan yang sangat ketat, sebaliknya pakar lain ada yang memberikan definisi dengan tuntutan sangat longgar. Secara singkat pendapat beberapa pakar tersebut akan dikemukakan di bawah ini.
Lado (1964:214) menyatakan bahwa kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimanapun tingkatnya, oleh seseorang. Menurut Mackey (1956:155) kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa atau lebih (baca: Fishman, 1968). Selanjutnya, Hartman dan Stork (1972:27) mengemukakan kedwibahasaan adalah pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.
Ahli lain Bloomfield (1958:56) mengemukakan kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur. Pengertian yang sederhana dikemukakan oleh Haugen (1968:10) kedwibahasaan merupakan orang yang tahu dua bahasa.

Jika kita perhatikan batasan-batasan tersebut, ternyata setiap pakar memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda-beda. Lado menekankan bahwa seorang disebut dwibahasawan bila mereka memiliki kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Mackey menekankan bahwa seseorang disebut dwibahasawan apabila mereka melakukan pemakaian yang bergantian dua bahasa atau lebih. Hartman dan stork menekankan bahwa seseorang disebut dwibahasawan apabila terjadi pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran. Bloomfield menekankan bahwa seseorang baru disebut dwibahasawan apabila mereka memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa yang sama baiknya. Dan Hauegen menekankan bahwa seseorang sudah dapat disebut kedwibahasawan asal tahu dua bahasa.
2) Tipologi Kedwibahasaan

Tipologi kedwibahasaan menurut Weinreich (1953) menunjukkan adanya tiga tipe yaitu:

a) Kedwibahasaan majemuk, adalah kedwibahasaan yang menunjukan bahwa kemampuan berbahasa salah satu bahasa lebih baik daripada kemampuan berbahasa bahasa yang lain.

b) Kedwibahasaan koordinatif, dan sejajar adalah kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa pemakaian dua bahasa sama-sama baiknya oleh individu. Proses terjadinya kedwibahasaan ini karena seorang individu memiliki pengalaman yang berbeda dalam mengusai dua bahsa, sehingga jarang sekali dipertukarkan pemakaiannya

c) Kedwibahasaan sub-ordanatif. kedwibahasaan yang menunjukkan bahwa seseorang individu pada saat memakai B1 sering memasukkan unsur B2 atau sebaliknya.
Tipe kedwibahasaan yang dikemukakan oleh Weinreich tersebut didasarkan pada derajat atau tingkat penguasaan seseorang terhadap keterampilan berbahasa.
Pakar lain, yaitu Pohl (dalam Baetens Beardsmore, 1985:5) menunjukkan adanya tiga tipe kedwibahasaan, yaitu :

a) Kedwibahasaan horizontal, adalah situasi pemakaian dua bahasa yang berbeada tetapi masing-masing bahasa memiliki status yang sejajar baik dalam situasi resmi, kebudayaan maupun dalam kehidupan keluarga dari kelompok pemakainya. Tipe kedwibahasaan semacam ini dapat ditemukan dalam lingkungan masyarakat atau individu yang berpendidikan. Sebagai contoh masyarakat di Brazilia menggunakan bahasa Belanda dan bahasa Perancis atau masyarakat Catalan mempergunakan bahasa Catalan dan bahasa Spanyol.;

b) Kedwibahasaan Vertikal, adalah pemakaian dua bahasa apabila bahasa baku dan dialek, baik yang berhubungan ataupun terpisah, dimiliki seorang penutur. Tipe ini lazim disebut disglosia.

c) Kedwibahasaan Diagonal, adalah pemakaian dua bahasa dialek atau tidak baku secara bersama-sama tetapi keduanya tidak memiliki hubungan secara genetik dengan bahasa baku yang dipakai oleh masyarakat itu.
Menurut Arsenan (Baetens Beardsmore, 1985) mengklasifikasikan kedwibahasaan menjadi dua, yaitu:

a) Kedwibahasaan produktif, adalah pemakaian dua bahasa oleh seorang individu terhadap seluruh aspek keterampilan berbahasa (keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis);

b) Kedwibahasaan reseptif, adalah pemakaian dua bahasa oleh seorang individu yang hanya terbatas pas aspek membaca dan menyimak itu.
Bahan Bacaan : Modul Diklat Pasca UKA-Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak, Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan PSDMPK dan PMP Kemdikbud (2012), Modul lengkap disini