PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Berdasarkan
teori psikologi perkembangan anak siswa kelas 1, 2,3 masih mempunyai
keterbatasan dalam memahami konsep yang abstrak seperti matematika, IPA,
IPS, Bahasa, dan PKn. Siswa usia dini masih melihat segala sesuatu
secara utuh atau satu kesatuan (holistik), dan pembelajaran masih
tergantung pada objek yang dekat dengan dirinya (kontekstual). Sehingga
pembelajaran akan lebih mudah dipahami bila dipadukan dalam tema yang
telah diketahui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran tematik
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang mengaitkan atau
memadukan beberapa kompetensi dasar (KD)/indikator dari Standar Isi (SI)
beberapa mapel menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema.
Dengan adanya kaitan tersebut maka siswa akan memperoleh pengetahuan dan
keterampilan secara utuh dengan demikian pembelajaran menjadi lebih
bermakna bagi anak. Bermakna di sini memberikan arti bahwa melalui
pembelajaran tematik siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang saling
terkait dari beberapa mapel yang sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan usia anak. Menurut Tim Pusat Kurikulum (2006) tanda dari
kebermaknaan belajar bagi siswa adalah terjadi hubungan antara
aspek-aspek, konsepkonsep, informasi atau situasi baru dengan
komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif anak. Proses
belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka,
tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan
pemahaman yang utuh sehingga konsep-konsep yang dipelajari akan
dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan.
Jika dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran yang konvensional, pembelajaran tematik
diharapkan lebih menekankan pada pengalaman dan kebermaknaan dalam
belajar, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang utuh dalam proses
pembelajaran yang mengaitkan antar mapel. Hal ini sejalan dengan panduan
dari Depdiknas (2003) yang menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa
menempati posisi penting dalam usaha meningkatan kualitas lulusan. Untuk
itu guru dituntut mampu merancang dan melakukan program pengalaman
belajar dengan tepat.
Setiap
siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di
masyarakat dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar
di sekolah. Oleh sebab itu pengalaman belajar di sekolah sedapat
mungkin memberikan bekal kepada siswa untuk mencapai kecakapan dalam
hidup bermasyarakat dan berkarya.
(Bahan Bacaan : Modul Diklat Pasca UKA)