Pembelajaran Kontekstual, Contextual Teaching Learning (CTL)
Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL)
adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi
konstruktivistik bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka
menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka
menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan
informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka
miliki sebelumnya
Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan komponen yang harus ditempuh, yaitu:
1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
2) melakukan pekerjaan yang berarti,
3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,
4) bekerja sama,
5) berpikir kritis dan kreatif,
6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,
7) mencapai standar yang tinggi,
8) menggunakan penilaian otentik.
CTL
merupakan konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru
kepada siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
Pertama,
CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi.
Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara
langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa
hanya menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah proses mencari
dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua,
CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat
mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi
yang dipelajarinya itu akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat
dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah terlupakan.
Ketiga,
CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya dalam
kehidupan. Artinya, CTL tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami
materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks
CTL tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai
bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan CTL. sebagaimana uraian di bawah ini.
1. Dalam
CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah
ada (activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak
terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian,
pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang
memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran
yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan
menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu
dapat diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai
dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge) berartii pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini.
4. Mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). Artinya,
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan
dalam kehidupan nyata.
5. Melakukan
refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses
perbaikan dan penyempurnaan strategi.